Generation Gap


Dalam perbincangan di sosial media, telah cukup lama disoroti beberapa perilaku bocah-bocah yang mengupload screenshoot-an percakapan mereka di sosial media. Isi chat-nya beragam, mulai dari nasihat, perhatian, candaan, pertikaian hingga chat mesum. Biasanya info kontaknya ditutupi agar tidak ketahuan lawan bicaranya siapa. Meskipun tertutup, audiens super kritis yang otodidak jadi ahli bahasa mulai menerjemahkan sesuatu yang samar-samar menjadi tampak lebih jelas, kalau tidak dibuat semakin tidak jelas. Ada juga percakapan yang dipublish terbuka, apa adanya, kontak bahkan siapa orangnya terpampang jelas di gambar screenshot yang diupload ke sosmed. Bahkan pertikaian dengan orang tua diumbar seterbuka itu di sosmed. Orang tua kemungkinan besar tidak tahu kalau suasana rumahnya telah diketahui beribu-ribu orang di luar sana. Selanjutnya mereka tidak sadar bahwa perbincangan tentang keluarganya berlanjut jadi hujatan, nasihat dan dukungan yang tidak ketahuan datangnya dari siapa.
Kalau ingin dilihat dari sisi fungsi, aplikasi chat itu sendiri tujuannya biar orang-orang bisa mudah berkomunikasi jarak jauh dengan tetap menjaga privasi antar dua orang komunikan, kalau komunikasinya mau diumbar maka modelnya adalah status, feed, dll. kemudian ajak lawan bicara untuk memberi komentar, terus balas-balasan di sana. Tapi ternyata dunia tidak sekecil ukuran bumi, imajinasi, kreatifitas dan pilihan manusia jauh melampaui prinsip-prinsip itu.
Saya begitu tertarik membicarakan bagaimana fenomena ini terjadi. Bukan pada kasus per kasusnya, tapi pada “concept gap”, saya tidak tahu akan menggunakan istilah apa, intinya adalah perbedaan besar akan konsep-konsep hidup antar generasi. Tulisan ini bermula dari diskusi singkat dengan istri di kamar tadi pagi, obrolan ringan seputar istilah-istilah yang bermunculan di sosial media seperti “boombing love”, “situationship”, “cancel attempt”, dan banyak lagi. Habis ini saya berencana menginventarisir istilah-istilah ini untuk dipelajari lagi, didiskusikan lagi, dan ditulis lagi. Karena istilah ini baru trending dalam 1-2 tahun belakangan, otomatis bicara soal generasi.
Terlibatlah 3 geng besar yang saat ini merajalela di bumi, generasi -1 adalah baby boomers yang saat ini masih konsisten bekerja, disiplin dan tekun menaikkan harkat keluarga sembari menunggu pensiun dan usia tua. Generasi ke -2 adalah millenial yang juga sementara bekerja menanggung baby boomers dan anak, mereka juga tak henti-hentinya aktualisasi diri di segala panggung, sebagian cemerlang, sebagian masih tak tentu arah di cita-cita antah berantahnya. Dan, generasi ke -3 adalah aktor utama kita dunia persilatan jagad sosial media, Gen Z, yang entah kenapa bagi saya begitu misterius karena pengikut media sosialnya ribuan tapi feednya 0, mereka tak mau diganggu kemerdekaannya men.
Dari obrolan kecil jadi diskusi panjang. Kalau ditimbang-timbang dan dikarungi, perilaku itu ternyata khas di satu generasi tapi asing di generasi lain. Dugaan saya secara saksama setelah saya timbang-timbang dalam tempo sesingkat-singkatnya, perilaku ini tidak sekadar muncul sekonyong-konyong, ada nilai dan konsep dibaliknya. Layaknya lapisan bawang, perilaku dan istilah-lah yang paling tampak dari luar, tapi dibaliknya setiap perilaku dan istilah memproyeksikan motivasi, prinsip dan nilai-nilai, makin dikupas mungkin akan makin kelihatan.
Di tulisan ini saya ingin kita melistdown beberapa inilai atau prinsip yang saya maksud. Agar lebih mudah, nilai-nilai yang saya maksudkan itu semacam aturan hidup, hukum tak tertulis, keyakinan atau apalah yang paling mudah kalian tangkap. Contohnya kesetiakawanan, hormat pada yang lebih tua, dll.
Tulisan ini akan dilanjutkan diupate di kesempatan selanjutnya ...........................