Mental Model


Mental Model?
Satu istilah ini sangat menarik bagi Saya. Saya mendengarnya setelah berada dalam tim produk desain di Tokopedia. Saat itu sekitar tahun 2019. Sejak saat itu istilah ini sering sekali saya dengarkan. Orang-orang mengatakan, "mental model pelanggantidak seperti itu". Contohnya, "kalau dia cari informasi tentang testimoni, umumnya mereka akan buka dulu detail produknya habis itu baru dia akan cari feedback atau review di dalam halaman produk tersebut. Makanya informasi tentang rating, feedback dan review itu perlu inherent berada di dalam halaman produk. Olehnya itu, jangan coba-coba membuat satu halaman berisi feedback atau review yang letaknya terpisah dari halaman produk, karena potensial tidak terlihat oleh pengguna." Semacam ada pakemnya.
Dalam kehidupan sehari-hari pun orang-orang sudah punya mental model terhadap sesuatu, serasa 'pakem', akan aneh dan membingungkan kalau dilanggar. Contohnya pada lampu lalu lintas, warna merah menunjukkan berhenti dan warna hijau menyuruh jalan. Pakem ini masuk dan mengendap ke dalam benak orang-orang, akhirnya jadi pakem bahwa warna merah artinya berhenti atau batal, sedangkan warna hijau artinya maju atau lanjut. Pakem ini terbawa kemana-mana. Misalnya saat membuat tombol maka tombol "cancel" biasanya dirancang dengan warna merah, tombol "submit" atau "kirim" diidentikkan dengan warna hijau. Orang-orang biasanya sudah punya doktrin akan pola, yang disebut mental model. Mental model ini ada yang hampir semua orang sepakat dan menganutnya, seperti contoh lampu lalu lintas tadi, adapula mental model yang hanya berlaku untuk sekelompok orang, misalnya sebelum bekerja perlu kopi, saat ngopi harus dengan rokok. Ini seolah jadi aturan baku yang sudah sangat sulit untuk dibantah.
Jadi apa itu mental model? Mental model adalah pola yang ada di benak kita yang dibangun atas realitas eksternal dan pengalaman, yang selanjutnya dijadikan peralatan untuk memahami dan memprediksi berbagai hal di sekitar kita Mental model ini mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak, mengambil keputusan dalam berbagai situasi sehari-hari.
Sejauh apa mental model ini berpengaruh?
Kompleksitas "mental" ini menarik. Selain kita akhirnya punya pola tersendiri dalam memahami sesuatu, misal warna merah artinya dilarang dan warna hijau artinya maju, respon kita juga akan sangat dipengaruhi oleh mental model yang kita punyai. Misalnya, seseorang yang memiliki mental model bahwa kelompok organisasi tertentu berbahaya dilihat dari cara mereka berpenampilan, karena umumnya penampilan acak-acakan identik dengan kekerasan, ketidakdisiplinan, tanpa arah, maka sesorang ini akan cenderung lebih waspada dan mungkin lebih takut untuk berada bersama dengan orang-orang tersebut.
Makanya mental model kita itu secara paralel perlu untuk terus digugat juga. Memang akan ada aturan umum, tapi belum tentu sepenuhnya benar. Jika kita terlalu terikat pada mental model yang kaku, kita mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan atau menerima ide-ide baru, yang bisa menghambat perkembangan pribadi dan profesional.
Jadi tahap paling awal adalah sadar dulu bahwa ada yang dinamakan mental model, dimana beberapa hal sudah menjadi "aturan umum" yang kalau kita melanggarnya maka akan sulit diterima oleh orang lain atau salah dipahami oleh orang lain. Tapi di lain sisi ada beberapa hal yang itu masih sangat bisa diubah, bahkan membawa kepada kekacauan jika diikuti.
Oleh karena itu, di tengah kehidupan yang begini ramai, kemampuan kita untuk menarik diri selangkah ke belakang, mencoba merasai stereotip dan kejadian-kejadian di sekitar kita, mengidentifikasi bagaimana mental model yang tengah berlaku di tengah orang-orang, akan membantu kita lebih bijak dan lebih presisi dalam menempatkan diri dan bertindak. Juga dalam berkreasi kita akhirnya tau adanya pakem-pakem, mana pakem baik, mana yang buruk, mana yang masih bisa diubah mana yang sudah begitu sukar diubah.
Riset mental model
Mental model sangat penting untuk memahami perilaku konsumen dan merancang strategi yang efektif. Pimpinan perusahaan sering kali menggunakan mental model untuk mengantisipasi tren pasar, mengidentifikasi peluang bisnis, dan mengelola risiko. Pemahaman yang baik tentang mental model pelanggan dapat membantu perusahaan dalam merancang produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.
Dalam dunia UX (User Expereince), riset untuk memahami mental model pengguna sering digunakan, terutama bagaimana pengguna mengharapkan suatu aplikasi, produk dan layanan berfungsi. Dengan menggabungkan mental model pengguna ke dalam proses desain, perancang produk dapat menciptakan pengalaman yang lebih menyenangkan dan meminimalkan kebingungan. Ini dapat meningkatkan kepuasan pengguna dan mengurangi tingkat kesalahan yang terjadi saat menggunakan produk.
Metode riset paling dekat dengan investigasi mental model adalah Card Sorting. Dengan metode ini kita bisa melihat bagaimana pengguna sebetulnya mengorganisasi informasi di dalam benak mereka, sehingga pada ujungnya kita bisa membuat arsitektur informasi yang sesuai dengan mental model pengguna produk atau layanan kita.