The Power of Listening

7/8/20243 min read

Kita berada di tengah kerumunan

Kita berada di era dimana sebagian besar orang semakin berusaha keras mengungkapkan siapa diri mereka. Motivasinya beragam, dari mencari penggemar, menemukan teman sejalan, memperoleh profit, atau untuk menyebarluaskan kebaikan. Tidak ada yang salah dari hal ini. Bukankah nasihat agama juga memerlukan pendakwah yang dapat dipercaya orang agar ajarannya bisa diterima? Sejak dulu, memang pembicaralah yang biasanya jadi pembuka kunci, menyambungkan antara niat baik dengan hasil yang baik. Makanya sejak dulu pelatihan public speaking pun sudah sangat diminati.

Yang berbeda hari ini adalah banyaknya kanal yang bisa dimanfaatkan. Kalau dulu hanya mengenal podium, seminar, dan mimbar. Sekarang media sosial menyediakan panggung besar untuk semua orang mengenalkan diri ingin dikenal sebagai siapa. Bentuk komunikasinya pun berupa-rupa, dari video pendek, cuitan, komentar, emoticon, dan lain-lain. Semua diekspresikan dengan mudah. Juga terekspose dengan mudah.

Di tengah kebisingan ini, orang-orang biasanya lebih terdorong untuk ikutan memberi warna dan menambahkan nada yang berbeda ke dalam percakapan, ketimbang mencoba tenang mengamati dan mendengarkan percakapan yang ada. Padahal diantara timbunan yang tak beraturan itu, terdapat pengetahuan berharga yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal. Mulai dari membangun hubungan, instropeksi diri, hingga untuk tujuan-tujuan profit.

Mendengarkan mungkin tampak seperti aktivitas pasif, tetapi sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa pada kehidupan sehari-hari. Seorang pendengar yang baik dapat menciptakan koneksi yang lebih dalam, memecahkan masalah dengan lebih efisien, dan membangun hubungan yang lebih kuat. Kemampuan ini sangat berharga, baik dalam negosiasi bisnis, komunikasi tim, maupun interaksi sosial sehari-hari.

Menjadi pendengar bisa diupayakan

Menjadi pendengar bukan hanya tentang mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memahami pesan yang disampaikan. Selama sekitar 5 tahun lamanya menjadi seorang User Researcher yang berkutat dengan consumer & user behavior, Saya menemukan bahwa apa yang biasanya dikatakan oleh orang, berbeda dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Hal yang paling lumrah adalah saat melakukan ujicoba produk misalnya, kalau parameter yang kita gunakan hanya pada apa yang diucapkan, maka kemungkinan besar kita akan gagal memberikan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh orang lain. Olehnya itu mendengarkan adalah memahami apa yang disampaikan, dan.... apa makna di balik yang disampaikan tersebut. Jangan lupa perhatikan semua konteks saat pesan tersebut disampaikan. Karena hal itu menentukan kualitas dan maksud dari pesannya.

Dalam konteks bisnis memang akan sangat kompleks. Banyak hal yang akhirnya perlu diperhatikan, sehingga kita perlu menyingkirkan bias-bias dari ucapan informan, atau memberikan pertanyaan berulang dalam bentuk yang berbeda untuk memvalidasi benar tidaknya keterangan mereka. Meski demikian, ada aturan umum yang biasanya digunakan, termasuk dalam kehidupan sehari-hari, agar kita mampu menangkap maksud dari pesan yang disampaikan oleh orang lain. Berikut aturan umumnya:

  • Beri Perhatian Penuh: Saat seseorang berbicara, berikan perhatian penuh dan hindari gangguan seperti ponsel atau hal lainnya. Tatap mata mereka untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar mendengarkan mereka.

  • Hindari Memotong Pembicaraan: Biarkan orang lain menyelesaikan apa yang ingin mereka katakan sebelum memberikan tanggapan. Memotong pembicaraan bisa membuat orang merasa tidak dihargai.

  • Gunakan Bahasa Tubuh yang Positif: Anggukkan kepala, tersenyum, dan gunakan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa kita tertarik dan memahami apa yang mereka sampaikan.

  • Ajukan Pertanyaan: Selain cara ini akan menggali informasi lebih dalam, dengan mengajukan pertanyaan kita juga menunjukkan bahwa kita menyimak dan tertarik dengan pesan yang disampaikan

Setelah menerapkan aturan ini, cobalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dari pengalaman yang mereka ceritakan, kesulitan yang mereka rasakan, atau kebiasaan yang sering mereka lakukan, maka kamu akan terkoneksi secara emosional dan betul-betul peduli dengan mereka.

Apa akibat menjadi pendengar?

Dengan menjadi pendengar, kita tidak hanya memberikan banyak ruang kepada orang lain untuk melepas stres dan memperoleh teman, tapi kita juga memperoleh banyak manfaat bagi diri kita sendiri. Manfaat itu semisal:

  • Mempererat Hubungan: Hubungan, baik pribadi maupun profesional, menjadi lebih kuat dan lebih sehat. Orang-orang merasa lebih dihargai dan dimengerti.

  • Meningkatkan Keterampilan Komunikasi: Dengan mendengarkan secara aktif, kita juga belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, menjadi lebih peka terhadap nuansa dan emosi dalam percakapan.

  • Menyelesaikan Konflik: Banyak konflik yang dapat dihindari atau diselesaikan dengan lebih cepat ketika kedua belah pihak saling mendengarkan dengan baik. Ini membantu menemukan solusi yang saling menguntungkan.

  • Meningkatkan Produktivitas: Dalam lingkungan kerja, mendengarkan dengan baik dapat meningkatkan produktivitas tim. Karyawan merasa lebih didengar dan dihargai, yang dapat meningkatkan semangat dan kinerja.